BODOH
Langkah kaki itu ku kira tak kan datang pada jam segini, diriku masih asik mengobrol dengan keponakanku yang baru datang. Namun, pria berseragam putih ditemani dengan 2 pria yang berseragam hijau sudah berdiri didepan pintu dan bersiap untuk memeriksa pasien mereka.
Didepan ruangan ini terdapat tulisan besar Kelas II yang menempel di tembok pas diatas pintu. Empat ranjang sudah dipersiapkan dengan kasur, meja dan bantal dan satu kamar mandi. Untuk menjaga privasi setiap pasien, diberilah tirai untuk membagi ruangan ini menjadi 4 bilik.
Pria berseragam putih itu tampak kharismatik, meskipun rambutnya sudah tidak hitam seluruhnya, dengan mimik yang sangat bersahaja, pria tersebut bertanya kepada pasiennya, apa keluhannya? Dan pasienpun menjawab dengan suara yang lemah.
Aku sudah di titipkan ttg keadaan nenekku hari ini. Namun, saking terkejutnya atau terpesonanya diriku kpd pria berseragam putih tersebut, membuat pertanyaan-pertanyaan tersebut menguap. Dan alhasil, akupun tak mendapat apa-apa. Aku seperti kehilangan kesadaran diri sepersekian detik, dan diriku tenggelam dalam dalam sebuah keterpesonaan. Hasil rontgen, perkembangan kesehatan nenekku, seakan hilang begitu saja. Aku menyesal sekali, dan sang dokter sudah keluar. Aku menyesal dan merasa bersalah sekali. Aku seperti orang bodoh yang baru bertemu dengan idolanya. Dungu, bodoh , sesal yang tiada henti. Sepertinya pertanyaan itu harus kutulis dan ku tempelkan diatas kepalaku. Huffft, I am feeling guilty. I feel so sad today :'(
0 komentar:
Posting Komentar