Interospeksi Diri
Mungkin aku lupa cara berteman,
ataukah aku yang terlalu bersikap egois. Aku tidak tahu, apakah aku salah,
ataukah sikapku yang salah. Terkadang kita butuh seseorang yang dapat mengingat
kita, apakah kita dalam posisi yang benar ataukah posisi yang salah. Egois dan
egois, kata yang terus terngiang di telingaku.
Apakah mereka ataukah diriku yang
egois, aku pun tak mengerti kemana arah egois ini menunjuk. Manusia adalah
makhluk yang memiliki seribu keinginan didalam hatinya. Setiap keinginan itu
terkadang melukai perasaan seseorang yang tampa disadarinya. Itulah yang aku rasakan.
Teman itu tidak serumit ini.
Salah ataukah tidak, teman itu akan saling mengingatkan. Aku tidak protes,
siapapun boleh memiliki hubungan baru dengan orang lain. Aku mengerti, perasaan
seseorang memiliki perubahan. Sehari, sikap seseorangpun dapat berubah. Kenapa
aku merasa capek dengan pertemanan ini.
Perasaan seseorang tidak dapat
dipaksa. Aku menyadari sekarang. Sebaik apapun hubungan itu, jika sekali pernah
di khianati, hubungan tidak akan kembali sama. Aku menyadari pada hari itu,
percuma diriku mencoba terus untuk mendekatinya, jika dirinya yang memang sudah
memberikan jarak. Aku memang pernah melakukan kesalahan, dan mungkin ia tak
pernah lupa dengan kesalahan itu, sehingga ini lah hasilnya.
Aku setuju dengan pepatah yang
mengatakan, apa yang kau lakukan itulah yang kau buai. Mungkin dia bersikap
seperti itu, sebagian besar salahku juga. Aku juga tak bisa
menyalahkannya. Karena semua itu juga
salah ku juga( kenapa aku nulis begini lagi). Mungkin ini sebagai interospeksi diri ku
sendiri. Dimanapun kamu berada, harus menjaga mulut, sikap dan tingkah mu. Jaga
perkataanmu, sekali ku mengucapkannya, kau tidak bisa menariknya lagi. Sekali
kata kata menyakiti seseorang, ia tak bisa ditarik lagi. Sikap terlebih lagi.
Jaga sikapmu, kontrol emosi mu. Jika kau melakukan salah, akui, dan minta maaf.
Besarkan hati mu. Ini adalah salah satu pelajaran sikap yang di ambil
hikmahnya.
(jumat berkah)
0 komentar:
Posting Komentar