M E R E K A
Kalian mengajari diriku tentang hidup. Hidup yang selalu
membuat kita terkadang membuat kita menangis dan tertawa. Kalian juga mengajari
tentang sebuah kesabaran. Kesabaran untuk selalu menerima hidup dengan segala
karunia-Nya.
Hidup ditanah perantauan, ini
bukan pertama kali aku meninggalkan kampung halamanku, bukankah sejak SMA
diriku sudah jauh dari rumah, untuk menimba ilmu di pesantren. Lalu kenapa
untuk yang sesi kali ini kamu merasakan kesepian dengan segala hiruk pikuknya.
Apakah karena daerahnya ataukah orang-orangnya? Bukan juga keduanya, yang
membuat diri ini merasa kesepian adalah belum ikhlas kah diri ini melakukan
semuanya. Apakah masih ada rasa “gerundel” didalam hatiku. Pertama kali aku
menginjakkan kaki disini, mungkin itu yang aku rasakan. Aku menyesali keputusan
ku, yang berjalan begitu jauh, melewati awan- awan yang tebal di angkasa itu.
Aku tahu itu keputusanku, tapi hati ini masih terkadang belum menerima dengan
ikhlas. Jalan takdir yang terbentang,
aku belum menerima jalan cerita yang telah ditetapkan-Nya. Namun kembali ke
niat pertama diriku untuk mengambil keputusan ini, pengabdian. Bukan karena
tidak ada pilihan, tapi diriku yang memilih dan aku harus menjalani keputusan
yang telah ku ambil.
Rasa itu terus berkembang, dan
membuat terus tidak menerima kenyataan. Namun sadarkah kalian, semakin kalian
membenci suatu keadaan, kalian harus bisa membuatnya menjadi suatu tantangan,
dan tentunya kalian akan semakin mengenal sesuatu yang kalian benci itu.
Ketidak kerasananku harus kurubah menjadi suatu adaptasi. Dan semakin aku
mengenal lingkungan dan orang –orang disini, aku menyadari, setiap orang
memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri. Dan diriku menyadari bahwa dirikulah yang belum sepadan dengan mereka. Semakin aku
mengenal mereka, semakin aku mengagumi mereka. Mereka adalah salah satu mutiara
yang masih belum mengeluarkan silaunya. Aku memang benci dan belum beradapatasi
dengan lingkungan disini, namun semua itu membuat diriku sadar, bahwa
semua adalah proses pembelajaran bagi
diriku. Mungkin bagi mereka, diriku adalah sosok yang belum pantas untuk
menjadi teladan, dan diriku sadar bahwa diriku bukan apa-apa bagi mereka. Aku
belum bisa memberikan apa yang mereka harapkan. Ekspetasi mereka mungkin sangat
tinggi, mereka berada disini dengan harapan mendapatkan pendidikan yang lebih
bermutu. Hal itu membuat diriku sadar, bahwa harapan mereka pada sekolah
membuat diriku harus beradaptasi dengan mereka. Diriku adalah mahluk asing
dalam dunia pendidikan. Namun karena mereka, membuat makhluk asing ini, harus
mampu beradaptasi dan mengikuti alur dari dunia yang asing ini.
Maafkan ibu nak, ibu belum mampu
menjadi guru teladan bagi kalian. Tidak banyak yang bisa ibu berikan,namun ibu
harap kalian selalu dalam perlindungan dan rahmat-Nya
0 komentar:
Posting Komentar