M E R E K A

16.53.00 ima2512 0 Comments




Kalian mengajari diriku tentang hidup. Hidup yang selalu membuat kita terkadang membuat kita menangis dan tertawa. Kalian juga mengajari tentang sebuah kesabaran. Kesabaran untuk selalu menerima hidup dengan segala karunia-Nya.
Hidup ditanah perantauan, ini bukan pertama kali aku meninggalkan kampung halamanku, bukankah sejak SMA diriku sudah jauh dari rumah, untuk menimba ilmu di pesantren. Lalu kenapa untuk yang sesi kali ini kamu merasakan kesepian dengan segala hiruk pikuknya. Apakah karena daerahnya ataukah orang-orangnya? Bukan juga keduanya, yang membuat diri ini merasa kesepian adalah belum ikhlas kah diri ini melakukan semuanya. Apakah masih ada rasa “gerundel” didalam hatiku. Pertama kali aku menginjakkan kaki disini, mungkin itu yang aku rasakan. Aku menyesali keputusan ku, yang berjalan begitu jauh, melewati awan- awan yang tebal di angkasa itu. Aku tahu itu keputusanku, tapi hati ini masih terkadang belum menerima dengan ikhlas.  Jalan takdir yang terbentang, aku belum menerima jalan cerita yang telah ditetapkan-Nya. Namun kembali ke niat pertama diriku untuk mengambil keputusan ini, pengabdian. Bukan karena tidak ada pilihan, tapi diriku yang memilih dan aku harus menjalani keputusan yang telah ku ambil.
Rasa itu terus berkembang, dan membuat terus tidak menerima kenyataan. Namun sadarkah kalian, semakin kalian membenci suatu keadaan, kalian harus bisa membuatnya menjadi suatu tantangan, dan tentunya kalian akan semakin mengenal sesuatu yang kalian benci itu. Ketidak kerasananku harus kurubah menjadi suatu adaptasi. Dan semakin aku mengenal lingkungan dan orang –orang disini, aku menyadari, setiap orang memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri. Dan  diriku menyadari bahwa dirikulah yang  belum sepadan dengan mereka. Semakin aku mengenal mereka, semakin aku mengagumi mereka. Mereka adalah salah satu mutiara yang masih belum mengeluarkan silaunya. Aku memang benci dan belum beradapatasi dengan lingkungan disini, namun semua itu membuat diriku sadar, bahwa semua  adalah proses pembelajaran bagi diriku. Mungkin bagi mereka, diriku adalah sosok yang belum pantas untuk menjadi teladan, dan diriku sadar bahwa diriku bukan apa-apa bagi mereka. Aku belum bisa memberikan apa yang mereka harapkan. Ekspetasi mereka mungkin sangat tinggi, mereka berada disini dengan harapan mendapatkan pendidikan yang lebih bermutu. Hal itu membuat diriku sadar, bahwa harapan mereka pada sekolah membuat diriku harus beradaptasi dengan mereka. Diriku adalah mahluk asing dalam dunia pendidikan. Namun karena mereka, membuat makhluk asing ini, harus mampu beradaptasi dan mengikuti alur dari dunia yang asing ini.



Maafkan ibu nak, ibu belum mampu menjadi guru teladan bagi kalian. Tidak banyak yang bisa ibu berikan,namun ibu harap kalian selalu dalam perlindungan dan rahmat-Nya 

0 komentar:

M A R R I E D

14.29.00 ima2512 0 Comments





Jangan  pernah takut untuk sendiri. Hidup ini terlalu indah jika dihadapi dengan rasa ketakutan karena kesendirian. Yakinlah pada setiap rencana yang tak pernah kita duga. Jangan takut atas waktu yang terus berjalan. Bukan hanya optimis terhadap diri sendiri namun pada rencana-Nya. Mungkin beberapa hari ini aku merasa waktu seperti tidak bersahabat, aku merasa takut pada waktu yang terus berjalan. Cinta, pernikahan, S2 banyak hal yang belum ku miliki. Rasa khawatir akan masa depan tentu saja ada. Siapa yang tidak akan khawatir tentang masa depan yang tidak jelas. Aku pun tentu merasakan perasaan itu. Aku memang khawatir akan masa depan, namun tidak dengan menyianyiakan tanggung jawab yang aku miliki. Meskipun aku tak tahu, apakah apa yang aku lakukan sekarang berhubungan dengan masa depanku, tapi aku ingin meninggalkan suatu kenangan yang indah untuk orang-orang disini. Aku tersenyum sendiri ketika aku mengingat ketika diriku jatuh dalam rasa khawatir itu. Tapi ada daya diriku, diriku hanya seorang wanita yang sudah melewati seperampat abad.  Aku tahu, aku bukanlah apa-apa.Namun aku ingin mengisi hidupku dengan memberi senyuman dan arti bagi orang lain. Jika kau tidak mampu membahagiakan orang lain, paling tidak aku tidak menyakiti mereka.
Cinta dan pernikahan, dua kata yang tidak dapat dipisahkan. Mungkin kebanyakan orang berpikir, kenapa diumurku yang sekarang aku belum menikah? Atau memiliki seorang kekasih. Mungkin ini lebih kepada pilihan hidup. Selama beberapa bulan lalu, aku memang menghindari kata menikah. Dalam kurun waktu,aku berada disini, membuatku banyak berpikir. Hidup, buat apa hidupku. Hidupku tentu akan kujalani dengan seorang imam yang membimbingku. Namun jika yang di Atas tidak menghendaki, hati ini tidak bergetar, mungkin bukan itulah jalanku. Aku ingin memiliki hidup yang berarti, ingin mengenali beberapa budaya,ingin berbagi cerita dengan mereka. Aku menyerahkan hati ini kepada yang di Atas, aku tidak tertarik dengan hubungan sementara. Semoga Allah tetap menjaga ku dalam lindungan-Nya, perlindungan dari segala hal yang dapat menjauhkan diriku dari Nya. Diriku lebih tenang, hatiku lebih tenang, jika diriku haya berharap kepada-Nya. Masa lalu, selamat tinggal,maaf jika aku menorehkan luka,  Masa depan, jangan terlalu lama membuat ku menunggu. Biarlah waktu yang menjawab.

Pernikahan, suatu hubungan sakral yang sangat mulia. Suatu hubungan dimana kita harus mampu menerima kekurangan dan kelebihan.  Tentulah kita tidak ingin menjalani hidup kita dengan orang yang salah, dengan orang yang belum memahami dan menerima kita. Tentulah kita harus pemilih untuk masalah pasangan hidup, tidak mungkin sembarangan. Apalagi ini menyangkut hidup kita. Bukan terlalu pemilih, tapi lebih kepada mencari orang yang nyaman dengan kita. 

0 komentar:

“Not Your Lucky”

17.09.00 ima2512 0 Comments



Manusia hanyalah organisme paling kompleks yang penuh intuisi dan naluri. Manusia memiliki keinginan  untuk memiliki kehidupan yang lebih baik dari apa yang sudah dia miliki. Begitulah manusia, hidup dengan keinginan yang selalu menuntut dirinya untuk dipenuhi. Mungkin keinginan dapat di “range” dalam beberapa skala. Skala kecil, keinginan sesaat yang tidak diikuti dengan usaha dan hanya membiarkannya berlalu jika dia tidak mendapatkannya. Skala menengah, keinginan yang selalu dipendam, ingin dipenuhi, mewujudkan dengan usaha terbaik. Keinginan Skala besar, mungkin bisa dibilang dengan hampir sama dengan kata ambisius. Mungkin ketika aku membuat tiga skala tersebut, ada yang tidak sesuai dengan definisi psikologi (is Okay, This is  my opinion).
Kata keinginan tersebut, melekat dengan kata “ Usaha”. Ya usaha. Ada usaha seadanya, usaha sekedarnya, usaha dengan sungguh-sungguh, atau usaha asal- asalan, atau mungkin usaha terbaik.   Satu kata yang aku garis bawahi, kata “usaha terbaik”. Terkadang kita melihat usaha terbaik dari hasil apa yang sudah kita perjuangkan. Ketika hasil tersebut sudah seperti yang kita harapkan, terkadang kita mengatakan itu adalah hasil  usaha terbaik. Namun, ketika hasilnya belum seperti yang kita harapkan, kita hanya mengatakan, itu bukan keberuntungan kita. Usaha terbaik, usaha seperti apakah yang disebut dengan usaha terbaik? Apakah usaha dengan mengusahakan mati matian hingga pada akhirnya kita tak mampu lagi untuk melakukan apa-apa. Usaha sampai pada penghabisannya. Usaha terbaik menurutku, kita sudah melakukan semampu yang kita bisa, dan menyerahkan hasil kepada yang di Atas. Sebaik apapun manusia merencanakan, penentunya adalah yang di Atas, The Best Planner. Ketika hasil usaha kita tidak sesuai dengan harapan kita, mungkin Allah masih memiliki rencana lain buat kita. Orang hebat adalah orang yang mampu bangkit dari kegagalan. Dan menjadikan kegagalan tersebut sebagai motivasi dan interospeksi terhadap apa yang sudah kita lakukan, Sudahkan kita melakukan usaha terbaik?. Jangan jadikan kegagalan sebagai sebuah pintu untuk menyerah. Kalo kita menyerah pada pertama usaha kita, maka keinginan kita hanyalah keinginan sesaat/atau menengah. Jadikan kegagalan tersebut sebagai salah satu pengalaman yang menjadikan kita lebih baik.

Tulisan ini Ibu khususkan untuk anak-anak bimbingan ibu, jangan menyerah, kalian kali ini tidak berhasil. Tidak apa-apa, mungkin tahun depan atau lomba selanjutnya, kalian insya Allah menang dengan ijin Nya. Jadikan kegagalan sebagai pengalaman pembelajaran buat kalian. Ambil hikmahnya, dan selalu bersyukur atas segala ketentuan-Nya. Sukses selalu buat kita

0 komentar: