PENGABDIAN #7 MAN Insan Cendekia OKI Sumatera Selatan
Aku tidak tahu ini cerita
pengabdian ku yang keberapa. Namun satu hal yang pasti ini adalah tahun
terkakhir pengabdianku. Aku hampir memasuki tahun ke tiga masa pengabdianku.
Tidak banyak yang ingin aku ceritakan, namun ada keluh kesah yang ingin aku
curahkan dan ingin ku bagikan.
Detik – detik masih dengan nuansa
ramadhan, aku merasa Yang Maha Kuasa telah mengabulkan segala do’a yang ku
panjatkan. Aku tak tahu, Takdir yang menunjukkan jalannya, ataukah takdir itu
telah memilih diriku untuk menemukannya. Satu keputusan drastis yang telah aku
ambil, dengan segala angan-angan ku ketika aku masih memiliki semangat berkobar untuk mengabdikan
diri ini supaya berguna bagi bangsa dan negara. Ya, keputusan yang telah membuatku menginjakkan kaki untuk
pertama kali keluar dari tanah kelahiranku sendiri, Jawa. Aku mengambil
keputusan untuk pengabdian ku di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan.
Kebanyakan orang mungkin
mengernyitkan dahi ketika diriku memiliki keberanian untuk merantau nan jauh di
saat semua orang berbondong-bondong ke pulau Jawa, tapi malah diriku
sebaliknya. Siapa yang akan mengerti
akan takdir dan rencana-Nya.Yang akupun
sendiri tak mengerti tentang apa yang terjadi. Keputusan saat itu bulat, aku
tak tahu, aku hanya mengikuti naluriku. Meskipun ada segelintir orang yang
bertanya apakah semuanya jelas. Aku tahu pada saat diriku sendiri belum memahami kejelasan itu sendiri, namun
yang pasti aku meniatkan diriku saat itu untuk mengabdi. Aku tak tahu bagaimana
keadaan disana dan apa yang harus kulakukan, aku mengikuti hatiku. Banyak orang
mencibir, namun kembali lagi ke prinsip awal diriku, “ Selagi apa yang kita
lakukan tidak melanggar agama dan syari’atnya, lakukanlah”. Aku tahu, aku
meninggalkan banyak keadaan yang akan membuat diriku nyaman, namun kita harus
keluar dari comfort zone tersebut.
Mungkin gila keputusan ini (paling tidak sekali seumur hidup membuat keputusan
gila) alhamdulillah orang tua ku
mendukung. Mereka rela dan memberi restu membiarkan putri bungsu mereka untuk
menginjakkan kaki di tanah orang lain.
Hidup ini adalah ladang
beribadah, meskipun kita tak bisa beribadah selamanya, paling tidak kita harus
bisa melakukan kebaikan satu kali saja. Hidup Cuma sekali, dan buatlah hidup
singkat mu menjadi suatu perjalanan dengan makna. (semoga saja, hidup ku ini
dapat memberikan manfaat bagi orang lain, meskipun tidak banyak) J
0 komentar:
Posting Komentar