Impian Masa Depan
IMPIAN MASA DEPAN
Tak kunjung datang dan tak menentu. Dulu sekali ketika masih kecil aku memiliki impian untuk menjadi seorang pramugari, kenapa? Karena aku ingin keliling dunia. Aku mengetahui bagaimana kehidupan di luar sana, bagaimana kebudayaan, cara hidup dan pemikiran mereka.
Seiring dengan perjalanan waktu, impian itu berubah. Aku ingin menjadi dokter. Aku ingin bisa menolong dan membantu orang lain. Impian terus berkembang sampai diriku ketingkat SMA. Namun ketika tahun terakhir SMA, pilihan itu sebenarnya ada di tanganku. Kedokteran atau Sains. Orang tua pada saat itu tidak mendukung pilihan ku untuk mengambil kedokteran UIN Syarif Hidayatullah. Karena masalah jarak yang dibilang terlalu jauh, membuat mereka tidak mengijinkan puteri bungsunya untuk melanjutkan studi di sana. Orang tua ku memberi pilihan untuk mengambil kuliah di daerah Jawa Timur. Saat itu pilihannya cuma ITS dan Universitas Airlangga. Aku memilih Universitas Airlangga saat itu karena ada pilihan kedokterannya. Namun karena persaingan yang sangat tinggi, guru BK ku menyarankan ku untuk mengambil S1 Sains saja. Dan juga sepuluh temanku juga memilih Kedokteran UNAIR semua. Pada akhirnya, S1 Fisika menjadi pilihan pertama dan S1 Matematika menjadi pilihan kedua. Karena aku suka menghitung, aku lebih memilih jurusan yang ada hitungannya. Aku merasa lemah dalam hafal-menghafal.
Awal kuliah,
Meskipun aku agak setengah hati ketika mengambil keputusan untuk mengambil beasiswa ini,namun yang membuatku tertarik untuk mengambil nya, kontrak pengabdian yang harus aku jalani, ketika diriku lulus sarjana, itu tidak membuat ku susah. Aku merasa senang dapat membantu pondok ku kelak.
Di awal perkuliahan, aku merasa tidak PEDE. Aku merasa kesulitan dengan jurusan ini. aku sudah menemui dosen waliku, untuk meminta nasehat tentang semua itu. Namun dosen waliku memberi pilihan bijak kepadaku. Pilihan ada di tanganku. Meninggalkan atau lanjut dengan totalitas. Jangan setengah-setengah.
Melanjutkan ada pilihanku, dan impian masa depan sepertinya juga berubah. Ketika tahun kedua kuliah, aku mulai menyukai dunia organisasi, bukan mulai menyukai mungkin, mungkin mengembangkan minatku di organisasi, meskipun itu sangat jauh dengan jurusanku yang lebih kearah “orang serius”. Sejak SMA, aku suka mengikuti kegiatan organisasi. Di perkuliahan, aku lebih tertarik ke organisasi dari pada kuliah, dan manajemen waktuku hancur. IPS ku saat itu “lurus Ke bawah” dan inilah tantangan seorang anak fisika.
Sebelum dapat teguran dari pihak beasiswa, aku mulai memanajemen waktuku. Mungkin sebagian waktuku, lebih banyak terkuras untuk mengurusi kegiatan organisasi, seminar, expo, dan segala kegiatannya memberi pengalaman yang tak terlupakan. Kegiatan kepedulian, kegiatan pengetahun, kegiatan menambah wawasan, telah membentuk karakter ku saat itu. Hidup memang harus memiliki sifat kepedulian satu sama lain. Tahun terakhir, merupakan tahun galau untuk mengerjakan tugas terakhir, Tapi Alhamdulillah, aku mendapat beasiswa penelitian dari Masyarakat Nano Indonesia. Berangkat lah diriku ke Serpong dengan kelima temanku.
Disana, aku mendapat pengalaman yang seru dengan segala susah senangnya. Bertemu dengan ilmuwan ilmuwan LIPI yang sangat kharismatik. Bertemu dengan mereka memberi ku gambaran seperti apa sih pekerjaan menjadi seorang peneliti.
Lulus dari sarjana, aku langsung mengurusi proses pengabdianku. Dimasa pengabdian, aku memiliki keinginan berbeda untuk masa depanku. I want join in International Organization. Ambisius yaa, pikiran ku saat itu, aku benar-benar ingin bisa menolong dan membantu orang, baik itu dibidang pengetahuan maupun dibidang kemanusiaan. Aku ingin memiliki peran dibidang itu. Researcher atau dosen dan memiliki yayasan di bidang kemanusian. Aku ingin membangun suatu yayasan untuk anak-anak tidak mampu dan jalanan. Namun aku ingin juga memiliki kiprah di dalam International Muslim. Memperbaiki pandangan dunia tentang islam.
0 komentar:
Posting Komentar